A.
Landasan Teori
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang
memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Telur terdiri dari
tiga bagian utama. Di dalam telur, bagian kuning telur terdapat pada bagian
paling dalam, bagian ini diikat dengan putih telur oleh kalaza. Kantong udara
(air cell) merupakan rongga yang terdapat pada bagian tumpul isi telur. Kantung
udara ini berfungsi sebagai tempat pemberi udara pada waktu embrio bernafas.
Oleh karena itu letak embrio pada telur tepat di belakang kantong udara.
Putih telur menempati 60% dari seluruh telur. Putih telur
terdiri dari cairan kental yang yang mengandung beberapa serat musin. Sedangkan
pada bagian kuning telur terdapat embrio, zat-zat gizi yang menunjang kehidupan
embrio. (Anonimus, 2008)
Telur terdiri dari 13% protein dan 12% lemak, serta
vitamin dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya.
Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral
seperti besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein
(50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur mengandung
5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Lemak pada telur terdiri dari
trigliserida (lemak netral), fosfolipida (berupa lesitin), dan kolesterol.
Fungsi trigliserida dan fosfolipida bagi tubuh adalah sebagai sumber energi.
Lemak pada telur berbentuk emulsi (bergabung dengan air), sehingga lebih mudah
dicerna baik oleh bayi, anak-anak, maupun lansia.
Adapun kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah
rusak sehingga dilakukan upaya
pengawetan telur. Usaha pengawetan telur sangat penting untuk mempertahankan
kualitas telur. Salah satu penyebab kerusakan pada telur adalah karena
terjadinya pertumbuhan mikroba pada telur tersebut. Oleh karena itu dilakukan
pengawetan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah awal sel jasad renik di dalam
telur, memperpanjang fase adaptasi semaksimum mungkin sehingga pertumbuhan
mikroba diperlambat, dan mempercepat fase kematian mikroba.
Pengawetan terhadap telur dapat dilakukan dengan cara
pengasinan telur menjadi telur asin dengan menggunakan adonan garam dan bahan
lainnya. Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin dan sekaligus pengawet
karena dapat mengurangi kelarutan oksigen, menghambat kerja enzim proteolitik
dan menyerap air dari dalam telur. Berkurangnya kadar air menyebabkan telur
menjadi lebih awet karena air digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan.
Menurut Sukendra (1976) untuk menghasilkan telur asin
yang memiliki karakteristik disukai diperlukan waktu 12 hari pengasinan.
Menurut Kautsar (2005) proses pengasinan telur memerlukan waktu selama 15-30
hari sedangkan prosees pengasinan dengan larutan garam jenuh memerlukan waktu
sekitar 7-10 hari. Lama waktu proses tersebut masih menjadi permasalahan yang
harus dipecahkan karena selain lama perendaman erat kaitannya dengan efisiensi
waktu proses pengasinan telur. Juga erat kaitannya dengan karakteristik
organoleptik telur asin yang dihasilkan.
Pengasinan telur dilakukan dengan cara pemeraman telur
doleh adonan campuran garam dengan abu gosok dan bubuk bata merah. Prinsip
pengasinan tersebut adalah dehidrasi osmosis. Dehidrasi osmosis merupakan
proses perpindahan masa secara simultan antara keluarnya air dari bahan dan zat
terlarut berpindah dari larutan ke dalam bahan. Perpindahan masa osmosis
dinyatakan sebagai kehilangan air dan penambahan padatan, SG. Aplikasi
dehidrasi osmosis dalam proses pengasinan terlihat dengan keluarnya air dari
dalam telur bersamaan dengan masuknya larutan garam ke dalam telur.
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat :
a.
Ember plastik
b. Panci / kuali tanah
c. Kompor
d. Alat pengaduk
e. Stoples/alat penyimpanan telur
f. penggerus
2.
Bahan :
a.
Telur bebek yang
bermutu baik
b.
Abu gosok
c.
Batu bata merah
d.
Garam dapur
e.
Air bersih
secukupnya
C.
Cara Pembuatan
1.
Pilih telur yang
bermutu baik
2.
Bersihkan telur
kemudian lap sampai bersih
3.
Amplas seluruh
permukaan telur
4.
Haluskan bata
merah dengan menggunakan penggerus.
5.
Buat adonan yang
terdiri dari campuran garam, abu gosok, bubuk batu bata merah dengan
perbandingan 1:2:1
6.
Tambahkan air dan
perasa durian secukupnya
7.
Bungkus telur
setebal 1-2mm
8.
Simpan telur ke
dalam stoples atau tempat yang tidak bisa dimasuki udara selama 7-10 hari.
9.
Setelah 7 hari
bongkar pembalut telur dengan menambahkan sedikit air sehingga lebih gembur an
mudah dibongkar dengan aman.
10.
Cuci telur hingga
bersih
11.
Rebus telur asin
rasa durian
12.
Telur asin rasa
durian siap dikonsumsi.
D.
Hasil
Hasil pemeraman selama 7-10
hari menghasilkan telur asin dengan aroma dan rasa durian. Setelah di rebus,
telur asin tidak begitu amis karena tertutupi oleh rasa durian. Telur asin rasa
durian juga lebih tahan lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar