Assallamuallaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Rabu, 10 Juni 2015

Makalah Filsafat Pendidikan



Abstrak

Berbicara mengenai filsafat, tidak terlepas dari kebenaran keberadaan suatu benda, manusia maupun peradaban. Ilmu hakikat mengenai alam nyata dan keberadaan sebenarnya ini dikaji dalam cabang filsafat ontologi. Persoalan tentang ontologi menjadi pembahasan utama di bidang filsafat, baik filsafat kuno maupun filsafat modern. Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada kebenaran. Bedanya, realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan- pertanyaan seperti bagaimana realita yang ada ini, apakah materi saja, apakah wujud sesuatu ini bersifat tetap, kekal tanpa perubahan, apakah realita berbentuk satu unsur (monoisme), dua unsur (dualisme) ataukah terdiri dari beberapa unsur (pluralisme).  Suatu fenomena dapat dikaji dengan filsafat ontologi untuk memperoleh suatu kebenaran. Dalam makalah ini akan dikaji mengenai kebenaran keberadaan atlantis dan hubungannya dengan peradaban nusantara. Serta pengaruh fenomena tersebut terhadap paradigma bangsa Indonesia mengenai peradaban modern. Keberadaan mengenai filsafat dikemukakan oleh seorang filsuf Barat, yaitu Plato yang merupakan murid dari Socrates menjelaskan bahwa Atlantis terhampar di seberang pilar-pilar Herkules dan memiliki angkatan laut yang menaklukkan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM. Dengan mengkaji mengenai karakteristik atlantis, dapat ditelaah lebih lanjut mengenai kebenaran atlantis berada di Indonesia. Dapat dikaji pula mengenai sejarah peradaban nusantara yang merupakan nenek moyang bangsa Indonesia.

Kata kunci : filsafat ontologis, keberadaan atlantis, hubungan atlantis dengan peradaban nusantara


BAB I
PENDAHULUAN

Berbicara mengenai filafat, tidak terlepas dari kebenaran keberadaan suatu benda, manusia maupun peradaban. Ilmu hakikat mengenai alam nyata dan keberadaan sebenarnya ini dikaji dalam cabang filsafat ontologi. Suatu fenomena dapat dikaji dengan filsafat ontologi untuk memperoleh suatu kebenaran.
Misalnya saja fenomena atlantis yang tenggelam. Wacana mengenai atlantis yang tenggelam bukanlah pembahasan yang baru namun juga bukan pembahasan yang kadaluarsa. Fenomena atlantis menjadi buah bibir bagi masyarakat dunia, dimana kebenarannya masih berbeda antara pendapat satu dengan pendapat lain. Atlantis masih menjadi mitologi yang diklaim beberapa bangsa. Tahun 1627, Francis Bacon dalam esainya New Atlantis menggambarkan sebuah masyarakat Utopia yang disebut, Bensalem, letaknya berada di lepas pantai barat Amerika. Karakter masyarakat itu diceriakan mirip dengan yang Plato gambarkan mengenai Atlantis. Olaus Rudbeck, sarjan Swedia pun tak mau kalah ia mempublikasikan risalah berjudul Atland yang dimulai pada tahun 1679. Ini dilakukan untuk membuktikan bahwa Swedia adalah Atlantis. Isaac Newton pun pernah membuat studi The Chronology of Ancient Kingdoms Amended yang berkaitan dengan Atlantis. Dewasa ini, terdapat wacana dan berbagai bukti yang menyebutkan bahwa atlantis berada di kepulauan nusantara atau Indonesia. Kebenaran pernyataan ini perlu dikaji secara ontologis untuk membuktikan apakah atlantis berhubungan dengan peradaban di Indonesia.
Berdasarkan ulasan tersebut dalam makalah ini akan dikaji lebih lanjut mengenai kebenaran keberadaan atlantis dan hubungan atau pengaruhnya terhadap peradaban bangsa Indonesia ditinjau dari sudut pandang ontologis.
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa pada umumnya dan penulis pada khususnya dalam menyikapi suatu fenomena. Selain itu dengan penulisan makalah ini dapat menambah wawasan kebangsaan mengenai sejarah peradaban bangsa. Sehingga secara lebih jauh mahasiswa dapat mengenal dan memiliki kebanggaan terhadap bangsa sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Landasan Teori
1.    Konsep Dasar Ontologis
Istilah ontologi berasal dari bahasa inggris “ontology”, meskipun akar kata ini berasal dari bahasa Yunani on-ontos (ada-keberadaan) dan logos (studi, ilmu tentang). Menurut Jalalludin dan Idi (2007:83) Ontologi berarti ilmu hakekat yang menyelidiki alam nyata dan bagaimana keadaan yang sebenarnya atau apakah hakikat di balik alam nyata ini. Ontologi menyelidiki hakekat dari segala sesuatu di alam nyata yang sangat terbatas bagi pancaindra kita. Ontologi sering diidentikkan dengan metafisika, yang juga disebut dengan protofilsafat.
Persoalan tentang ontologi menjadi pembahasan utama di bidang filsafat, baik filsafat kuno maupun filsafat modern. Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada kebenaran. Bedanya, realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan- pertanyaan seperti bagaimana realita yang ada ini, apakah materi saja, apakah wujud sesuatu ini bersifat tetap, kekal tanpa perubahan, apakah realita berbentuk satu unsur (monoisme), dua unsur (dualisme) ataukah terdiri dari beberapa unsur (pluralisme).
2.    Sejarah Munculnya Ontologis
Istilah ontologi muncul sekitar pertengahan abad ke-17. Pada waktu itu ungkapan filsafat mengenai yang ada (philosophia entis) digunakan untuk hal yang sama. Orang bisa menggunakan ontologi dengan filsafat pertama Aristoteles, yang kemudian disebut dengan metafisika. Namun pada kenyataannya, ontologi hanya merupakan bagian pertama metafisika, yakni teori mengenai “yang ada”, yang berad secara terbatas sebagaimana adanya. Beberapa ahli filsafat memiliki arti yang berbeda satu sama lain. Namun jika ditarik dalam garis benang yang saling berkaitan, maka ada beberapa hubungan yang hampir sama bahwa ontologi adalah ilmu tentang “yang ada” sebagai bagian cabang filsafat yang sama. Baumgarten mendefinisikan ontologi sebagai studi tentang predikat-predikat yang paling umum atau abstrak dari semua hal pada umumnya. Ia sering menggunakan istilah “metafisika universal” dan “filsafat pertama” sebagai sinonim ontologi. 
3.    Aliran-Aliran Ontologi
Dalam kajian ontologi muncul berbagai pertanyaan yang kemudian melahirkan aliran-aliran filsafat. Terdapat empat aliran dalam filsafat yaitu sebagai berikut.
a.    Aliran Monoisme
Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakekat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakekat yang masing-masing berdiri sendiri. Haruslah salah satunya menjadi sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Plato adalah tokoh filsuf dalam aliran ini, karena ia menyatakan bahwa alam ide merupakan kenyataan yang sebenarnya.
b.    Aliran Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakekat materi dan hakekat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Kedua macam hakekat tersebut masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Tokoh aliran ini adalah Descartes yang dianggap sebagai bapak filsafat modern.
c.    Aliran Pluralisme
Aliran ini berpandangan bahwa berbagai macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk ini semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Pholisophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur. Tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Anaxagos dan Empedocles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dari empat unur yaitu tanah, air, api dan udara. Tokoh modern aliran ini adalah william James yang mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, dan dari akal yang mengenal.
d.   Aliran Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgenieve pada tahun 1862 di Rusia. Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche. Dalam pandangannya dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia.
4.    Fenomena Atlantis
Atlantis adalah pulau legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias. Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar di seberang pilar-pilar Herkules, dan memiliki angkatan laut yang menaklukkan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM. Dua dialog Plato, Timaeus dan Critias, yang ditulis pada tahun 360 SM, berisi referensi pertama Atlantis. Dalam Timaeus Plato berkisah sebagai berikut :
“Di hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan, Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam”
Satu bagian dalam dialog buku Critias, tercatat kisah Atlantis yang dikisahkan oleh adik sepupu Critias. Critias adalah murid dari ahli filsafat Socrates, tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam dialog. Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki Critias, sedangkan Joepe juga mendengarnya dari seorang penyair Yunani bernama Solon ( 639-559 SM). Solon adalah yang paling bijaksana di antara 7 mahabijak Yunani kuno, suatu kali ketika Solon berkeliling Mesir, dari tempat pemujaan makam leluhur mengetahui legenda Atlantis. Catatan dalam dialog, secara garis besar seperti berikut ini:
"Ada sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung banyaknya: istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertakhtakan emas,cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan peradabannya memukau orang. Memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat,tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang."
Dalam dialog Timaeus dan Critias dijelaskan mengenai ciri-ciri atlantis, yaitu sebagai berikut :
1)   Negeri Atlantis berada di sebuah pulau/daratan di seberang Samudra Atlantic dari Eropa Barat.  Pulau tersebut terletak di muka selat-selat yang disebut sebagai “Pillar Heracles”.  Luas pulau ini lebih besar dari Libya dan Asia pada waktu itu.  Wilayah di dalam atau diantara selat-selat Heracles itu hanya ada laut dangkal dan pelabuhan dengan akses kanal yang sempit, tapi yang diluar selat adalah benar-benar lautan luas yang diujungnya dibatasi oleh benua tak bertepi.
2)   Bahwa pulau/daratan  tersebut merupakan semenanjung besar/panjang  yang menjorok  ke arah lautan dari bagian pinggiran sebuah benua.  Semenanjung besar ini dikelilingi oleh lautan dalam.
3)   Di tengah-tengah Pulau Atlantis ada wilayah dataran luas yang terindah di dunia dan tidak ada yang mengalahkan kesuburannya. Morfologi dataran itu sangat rata, berbentuk persegi panjang dengan ukuran: panjang 555 km dan lebar 370 km.  Tanah datar ini dikelilingi oleh wilayah pegunungan dengan gunung-gunung atau bukit-bukit  yang yang berbagai ukuran dan terkenal sangat indah.  Dari wilayah pegunungan ini mengalir banyak sungai-sungai ke arah dataran, kemudian sungai tersebut mengalir meliuk-liuk di wilayah dataran (aluvial).  Semua aliran sungai ini bersatu dan masuk ke wilayah kota metropolis Atlantis yang dibangun di atas wilayah dataran ini, dan kemudian induk sungai itu mengalir ke laut.
4)   Tanah Negeri Atlantis sangat subur, terbaik di dunia,  yang menghasilkan buah-buahan sangat berlimpah dan banyak sekali macamnya;  termasuk jenis buah yang kulit luarnya keras yang bisa diminum airnya, dimakan dagingnya, dan juga dimanfaatkan minyaknya, yang disebut kelapa.  Tanah pertaniannya selalu mendapat kecukupan air dengan memanfaatkan air hujan ketika musim hujan dan kanal-kanal irigasi air dari banyak aliran sungai ketika musim kemarau.  Hasilnya dipanen dua kali dalam setahun.
5)   Selain pertanian banyak tumbuh  pohon-pohon besar-tinggi yang menambah keindahan alam, disamping juga menghasilkan berbagai macam kayu untuk bahan mebel dan bangunan.
6)   Tanah Atlantis adalah sumber dari segala wewangian yang berasal dari akar-akaran, tanaman herbal dan berbagai macam kayu, atau konsentrat  minyak wangi yang didestilasi dari buah-buahan dan bunga-bungaan.
7)   Fauna di Negeri Atlantis luar biasa banyak populasi dan ragamnya. Terdapat populasi gajah yang sangat banyak, dan berbagai jenis binatang yang menghuni wilayah danau-danau, rawa-rawa, sungai-sungai, dan juga yang hidup di wilayah pegunungan dan dataran, baik yang liar ataupun yang dipelihara.    Diantara binatang buas ada yang terkenal paling besar dan terganas  sedunia.  Di perairannya terdapat banyak ikan lumba-lumba yang diilustrasikan sangat akrab dengan penduduk Atlantis. Kuda-kuda pun sangat  banyak.  Di wilayah dataran dibangun arena pacuan kuda yang sangat besar, di sepanjang Pulau (ratusan kilometer) dengan lebar arena pacu  ~200 meter.
8)   Tanah Atlantis juga sangat kaya dengan sumber daya mineral dan logam.  Ada banyak macam batu-batuan beraneka warna yang dipakai untuk membangun berbagai bangunan, istana-istana, dan kuil-kuil (candi-candi).  Tanah Atlantis juga penghasil banyak sekali emas, perak, tembaga, dan “orichalcum” (logam mulia sejenis campuran emas-tembaga yang bercahaya merah).  Semua bahan logam ini sudah ditambang dan digunakan untuk berbagai keperluan termasuk untuk membuat hiasan dan patung-patung, juga untuk melapisi dinding dan lantai bangunan.
9)   Selain itu di Negeri Atlantis banyak terdapat sumber-sumber mata air panas dan dingin yang dibuat menjadi pancuran di dalam gedung-gedung untuk tempat bersantai dan mandi-mandi yang dilengkapi dengan berbagai tanaman disekitarnya.
Untuk menemukan lokasi atlantis yang hilang tersebut, telah dilakukan berbagai penyelidikan arkeologi. Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang, tembus pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar laut ada sebuah jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah, ternyata memang ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan poligon, besar kecilnya batu dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat rapi, konturnya cemerlang. Hasil penemuan ini diklaim sebagai atlantis yang hilang. Kemudian, Awal tahun 1970-an, sekelompok peneliti telah tiba di sekitar kepulauan Yasuel, Samudera Atlantik. Mereka telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato. Selain itu, pada tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut "segitiga maut". Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, jalan besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil,bantaran sungai dll. Mereka berdua meyakini bahwa itulah atlantis yang hilang.
Penelitian yang dilakukan oleh Aryso Santos selama 30 tahun, menghasilkan buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization” (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis merupakan benua
yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa,
Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang)
sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang
aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale,
terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
 Peradaban Atlantis diilustrasikan sangat maju.  Dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah, Atlantis mampu membangun banyak kuil/candi tempat beribadah, istana-istana, dan pelabuhan-pelabuhan. Keahlian yang sangat menonjol terutama dalam membuat kanal-kanal besar di seluruh wilayah negerinya.   Di sekeliling dataran Atlantis dibangun kanal besar dengan lebar 1 stadia (185m) dan dalamnya 100ft (~35m) membentuk lingkaran konsentris sepanjang  1000 stadia (1850 km).  Kemudian dibangun juga jaringan kanal-kanal selebar 100 ft dari wilayah hulu sungai (di pegunungan) sampai ke dataran, terus sampai ke kota untuk membawa berbagai hasil hutan/pertanian (kayu dan buah-buahan).  Jarak antara jaringan kanal-kanal adalah 100 stadia (~18.5km)  yang terhubung satu sama lain.  Wilayah hulu-hulu sungai (pegunungan) dihuni oleh para pemilik dan pengolah tanah pertanian dan peternakan yang kaya raya.  Mereka mensuplai berbagai kebutuhan pangan untuk penduduk negeri.
Di wilayah dataran ini terdapat Ibu Kota Metropolis Atlantis yang besar, canggih, dan sangat elok.   Arsitekturnya kota juga didominasi oleh teknologi kanal dan jembatan.  Di tengah kota terdapat pulau utama yang berdiameter 5 stadia (~1km).  Di tengah pulau tersebut terdapat Istana Poseidon yang sangat megah.  Pulau utama tersebut dikelilingi oleh selang-seling zona tanah dan air yang konsentris membentuk lingkaran sebanyak 10 lapis.  Zona paling luar selebar 50 stadia (~9.2km) adalah tempat pusat kota Atlantis yang dipinggirannya dibangun  benteng tersusun dari batu yang membatasinya dengan wilayah sekitar.    Di satu sisi benteng yang menuju lautan lepas dibangun kanal utama yang memotong zona paling luar tersebut menuju pelabuhan utama Atlantis.  Lebar kanal adalah 300 ft (100m) dengan kedalaman sekitar 100ft (35m) sepanjang 9.2km.  Dua zona tanah dan air di sebelah dalam dari pelabuhan selebar 3 stadia (555m).   Empat zona tanah dan air berikutnya mempunyai lebar 2 stadia   (370m). Kemudian dua zona tanah dan air yang langsung mengitari pulau utama mempunyai lebar masing-masing 1 stadia (185m).  Semua zona yang melingkar konsentris tersebut dihubungkan dengan jembatan dan kanal.
Ringkasnya, uraian di atas di atas jelas ciri-ciri alam daratan Atlantis menunjukkan ciri-ciri alam tropis yang sangat subur dan mempunyai kekayaan sumber daya alam luarbiasa, termasuk keragaman flora-fauna, pertanian, hasil hutan, dan pertambangan logam.   Daratan tersebut bukan pulau terpisah tapi anjungan besar dari sebuah benua, dimana di tengahnya terdapat dataran rendah yang luas dan landai dikelilingi oleh jalur pegunungan dengan gunung-gunung api aktif.  Kemudian geografisnya juga  dicirikan oleh dataran besar aluvial landai yang berdimensi 555 x 370 km berada di tengah daratan dan dialiri sungai (sangat besar) yang hulu-hulunya berasal dari pegunungan yang  mengelilinginya.  Sumber daya alam yang luarbiasa tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk membangun sebuah negeri maritim yang besar dan elok dan sangat tinggi peradabannya.  Kekuasaan Atlantis meliputi pulau besar yang diuraikan di atas ditambah pulau-pulau lainnya dan juga sebagian wilayah benua.   Jadi bukan hal aneh apabila sisa-sisa peradaban Atlantis ini ditemukan hampir diseluruh dunia, termasuk wilayah di benua Amerika, Asia, dan Afrika.  Pada zaman Atlantis, sebelum 11.600 tahun lalu, ketika  dunia masih berada dalam zaman es, dikatakan bahwa negeri di wilayah tropis ini jauh lebih subur dan nyaman dibanding sekarang (Zaman Solon-Plato) karena iklimnya berbeda, temperaturnya beberapa derajat lebih dingin.  Pada zaman es wilayah ini merupakan yang terkaya, terindah dan ternyaman di muka bumi, seperti yang diilustrasikan oleh Dialog Plato, namun sudah mengalami  degradasi akibat erosi, sedimentasi dsb.
Berdasarkan karakteristik tersebut, jika melihat di peta dunia tanah Atlantis yang merupakan wilayah Tropis, tidak banyak pilihannya.  Salah satunya adalah “Sundaland”,  daratan yang dulu lebih luas dari Lybia (Afrika Utara) + Asia (Turki)  tapi sudah tenggelam sehingga hanya kelihatan tulangnya saja, yaitu Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.   Daratan besar lain yang berada di zona Tropis adalah di bagian tengah dari Benua Afrika (Kongo, Tanzania, Kenya, Uganda, dll) dan Bagian Selatan Benua Amerika (Brasil, Peru, Equador, Kolombia, Venezuella).  Tapi dua lokasi daratan ini tidak tenggelam dan tidak pernah tenggelam sejak 20.000 tahun lalu, juga ciri-ciri geografisnya tidak memenuhi deskripsi Plato.  Sundaland 100% cocok dengan semua deskripsi tentang Pulau/Daratan Atlantis yang diuraikan dalam Timaeus dan Critias.  Sundaland pada masa 11.600 tahun lalu adalah daratan yang notabene merupakan semenanjung besar yang menjorok dari Benua Asia.  Semua ciri-ciri alam, termasuk jenis flora-faunanya dan sumber daya mineral-logam (emas, perak, tembaga) yang disebutkan dalam Critias dipunyai oleh Sundaland.   Ditambah lagi uraian tentang adanya dataran aluvial besar di tengah-tengah tanah Atlantis yang hulu-hulu sungainya dari pegunungan di sekitarnya sangat pas dengan keberadaan Sungai Sunda purba di perairan Laut Jawa dan Selat Malaka yang anak-anak sungainya bermuara di punggungan Sumatra, Jawa, dan Kalimantan yang mengelilinginya.   Jadi kalau dikatakan sungai purba di Sundaland bukan bukti adanya peradaban Atlantis memang bukan bukti langsung atau yang berdiri sendiri melainkan salah satu faktor utama untuk memenuhi kriteria Atlantisnya Plato.  Lebih lanjut lagi, dimensi tanah landai dimana terdapat Kota Metropolis Atlantis, yaitu 555 x 370 km, pas juga dengan dimensi Laut Jawa, bekas dataran aluvial landai yang sudah tenggelam. Mengingat hal tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa atlantis ada di Indonesia.
Peradaban di Indonesia yang sudah maju juga dijelaskan dalam kitab Jawadwipa, dimana dijelaskan bahwa ratusan tahun yang lalu, sebelum kristus lahir, sebelum ada tarikh saka, nenek moyang bangsa melayu datang dengan ratusan perahu ke nusantara dengan kemampuan menganyam, dan menanam padi memulai kebudayaan jawadwipa.
Keberadaan mengenai atlantis juga dikuatkan dalam Al-Qur’an, yaitu  dalam (QS 50:36) Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?
Hal ini berkaitan dengan kisah kaum nuh yang ditenggelamkan karena ingkar kepada Tuhan sehingga dilanda hujan, badai dan banjir bandang selama beberapa masa sehingga seluruh permukaan bumi terendam oleh air.


B.  Pembahasan
Keberadaan Atlantis dan kebenaran mengenai wacana Atlantis berada di Indonesia dapat dikaji secara ontologis dengan memperhatikan realita dan bukti-bukti yang telah dikemukakan oleh ahli-ahli. Berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan melalui penelitian arkeolog dan kajian dari pernyataan Plato mengenai karakteristik Atlantis, Indonesia memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Atlantis. Jadi tidak menutup kemungkinan bahwa Atlantis yang tenggelam berada di Indonesia tepatnya kepulauan Sunda Purba.
Keberadaan atlantis juga diperkuat dalam kitab Agama Islam, yang disertai bukti-bukti arkeolog serta karakteristik wilayah geografis Indonesia yang memiliki kesamaan dengan karakteristik Atlantis. Jadi secara ontologis dapat diketahui bahwa Atlantis itu pernah ada dan bisa jadi berada di kepulauan Indonesia.  Untuk kebenarannya sendiri, kita bangsa Indonesia tidak perlu memperdebatkannya.
Jika benar atlantis berada di Indonesia, maka bangsa Indonesia pada zamannya telah memiliki peradaban modern meskipun kemudian tenggelam dan menghilang. Akan tetapi sebagai bangsa Indonesia kita dapat berkaca dari peradaban yang telah maju tersebut. Kita dapat belajar merubah paradigma bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang tertinggal. Berkaca dari fakta tersebut, di kepulauan nusantara nenek moyang bangsa Indonesia merupakan peradaban maju yang memiliki kemampuan agraris dan bercocok tanam yang tercermin dalam teknologi ladang terasering, kemampuan membuat candi dengan memahat bebatuan. Berdasarkan kitab Jawadwipa wilayah nusantara hampir mencakup seluruh wilayah Asia dan sebagian Eropa maupun Afrika.
Dengan memahami lebih jauh realitas mengenai peradaban nenek moyang bangsa Indonesia secara ontologis, dapat diambil suatu pembelajaran mengenai kemajuan peradaban bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia dapat mengembangkan diri menjadi bangsa Indonesia yang memiliki peradaban modern untuk kedepannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar