Abstrak
Berbicara
mengenai filsafat, tidak terlepas dari kebenaran keberadaan suatu benda,
manusia maupun peradaban. Ilmu hakikat mengenai alam nyata dan keberadaan
sebenarnya ini dikaji dalam cabang filsafat ontologi. Persoalan tentang
ontologi menjadi pembahasan utama di bidang filsafat, baik filsafat kuno maupun
filsafat modern. Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas
realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada kebenaran.
Bedanya, realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan- pertanyaan seperti
bagaimana realita yang ada ini, apakah materi saja, apakah wujud sesuatu ini
bersifat tetap, kekal tanpa perubahan, apakah realita berbentuk satu unsur (monoisme), dua unsur (dualisme) ataukah terdiri dari beberapa
unsur (pluralisme). Suatu fenomena dapat dikaji dengan filsafat
ontologi untuk memperoleh suatu kebenaran. Dalam makalah ini akan dikaji
mengenai kebenaran keberadaan atlantis dan hubungannya dengan peradaban
nusantara. Serta pengaruh fenomena tersebut terhadap paradigma bangsa Indonesia
mengenai peradaban modern. Keberadaan mengenai filsafat dikemukakan oleh
seorang filsuf Barat, yaitu Plato yang merupakan murid dari Socrates menjelaskan
bahwa Atlantis terhampar di seberang pilar-pilar Herkules dan memiliki angkatan
laut yang menaklukkan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon,
atau sekitar tahun 9500 SM. Dengan mengkaji mengenai karakteristik atlantis,
dapat ditelaah lebih lanjut mengenai kebenaran atlantis berada di Indonesia.
Dapat dikaji pula mengenai sejarah peradaban nusantara yang merupakan nenek
moyang bangsa Indonesia.
Kata kunci : filsafat ontologis, keberadaan atlantis, hubungan atlantis dengan
peradaban nusantara
BAB
I
PENDAHULUAN
Berbicara mengenai
filafat, tidak terlepas dari kebenaran keberadaan suatu benda, manusia maupun
peradaban. Ilmu hakikat mengenai alam nyata dan keberadaan sebenarnya ini
dikaji dalam cabang filsafat ontologi. Suatu fenomena dapat dikaji dengan
filsafat ontologi untuk memperoleh suatu kebenaran.
Misalnya saja fenomena
atlantis yang tenggelam. Wacana mengenai atlantis yang tenggelam bukanlah
pembahasan yang baru namun juga bukan pembahasan yang kadaluarsa. Fenomena
atlantis menjadi buah bibir bagi masyarakat dunia, dimana kebenarannya masih
berbeda antara pendapat satu dengan pendapat lain. Atlantis masih menjadi
mitologi yang diklaim beberapa bangsa. Tahun 1627, Francis Bacon dalam esainya
New Atlantis menggambarkan sebuah masyarakat Utopia yang disebut, Bensalem,
letaknya berada di lepas pantai barat Amerika. Karakter masyarakat itu
diceriakan mirip dengan yang Plato gambarkan mengenai Atlantis. Olaus Rudbeck,
sarjan Swedia pun tak mau kalah ia mempublikasikan risalah berjudul Atland yang
dimulai pada tahun 1679. Ini dilakukan untuk membuktikan bahwa Swedia adalah
Atlantis. Isaac Newton pun pernah membuat studi The Chronology of Ancient
Kingdoms Amended yang berkaitan dengan Atlantis. Dewasa ini, terdapat wacana
dan berbagai bukti yang menyebutkan bahwa atlantis berada di kepulauan
nusantara atau Indonesia. Kebenaran pernyataan ini perlu dikaji secara
ontologis untuk membuktikan apakah atlantis berhubungan dengan peradaban di
Indonesia.
Berdasarkan ulasan
tersebut dalam makalah ini akan dikaji lebih lanjut mengenai kebenaran
keberadaan atlantis dan hubungan atau pengaruhnya terhadap peradaban bangsa Indonesia
ditinjau dari sudut pandang ontologis.
Penulisan makalah ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa pada umumnya dan penulis pada
khususnya dalam menyikapi suatu fenomena. Selain itu dengan penulisan makalah
ini dapat menambah wawasan kebangsaan mengenai sejarah peradaban bangsa.
Sehingga secara lebih jauh mahasiswa dapat mengenal dan memiliki kebanggaan
terhadap bangsa sendiri.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1.
Konsep
Dasar Ontologis
Istilah ontologi
berasal dari bahasa inggris “ontology”, meskipun akar kata ini berasal dari
bahasa Yunani on-ontos (ada-keberadaan) dan logos (studi, ilmu tentang). Menurut
Jalalludin dan Idi (2007:83) Ontologi berarti ilmu hakekat yang menyelidiki
alam nyata dan bagaimana keadaan yang sebenarnya atau apakah hakikat di balik
alam nyata ini. Ontologi menyelidiki hakekat dari segala sesuatu di alam nyata
yang sangat terbatas bagi pancaindra kita. Ontologi sering diidentikkan dengan
metafisika, yang juga disebut dengan protofilsafat.
Persoalan
tentang ontologi menjadi pembahasan utama di bidang filsafat, baik filsafat
kuno maupun filsafat modern. Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang
membahas realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada
kebenaran. Bedanya, realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-
pertanyaan seperti bagaimana realita yang ada ini, apakah materi saja, apakah
wujud sesuatu ini bersifat tetap, kekal tanpa perubahan, apakah realita
berbentuk satu unsur (monoisme), dua
unsur (dualisme) ataukah terdiri dari
beberapa unsur (pluralisme).
2.
Sejarah
Munculnya Ontologis
Istilah ontologi
muncul sekitar pertengahan abad ke-17. Pada waktu itu ungkapan filsafat
mengenai yang ada (philosophia entis)
digunakan untuk hal yang sama. Orang bisa menggunakan ontologi dengan filsafat
pertama Aristoteles, yang kemudian disebut dengan metafisika. Namun pada
kenyataannya, ontologi hanya merupakan bagian pertama metafisika, yakni teori
mengenai “yang ada”, yang berad secara terbatas sebagaimana adanya. Beberapa
ahli filsafat memiliki arti yang berbeda satu sama lain. Namun jika ditarik
dalam garis benang yang saling berkaitan, maka ada beberapa hubungan yang
hampir sama bahwa ontologi adalah ilmu tentang “yang ada” sebagai bagian cabang
filsafat yang sama. Baumgarten mendefinisikan ontologi sebagai studi tentang
predikat-predikat yang paling umum atau abstrak dari semua hal pada umumnya. Ia
sering menggunakan istilah “metafisika universal” dan “filsafat pertama”
sebagai sinonim ontologi.
3.
Aliran-Aliran
Ontologi
Dalam kajian
ontologi muncul berbagai pertanyaan yang kemudian melahirkan aliran-aliran
filsafat. Terdapat empat aliran dalam filsafat yaitu sebagai berikut.
a. Aliran
Monoisme
Aliran ini
berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin dua. Haruslah satu
hakekat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun
berupa rohani. Tidak mungkin ada hakekat yang masing-masing berdiri sendiri.
Haruslah salah satunya menjadi sumber yang pokok dan dominan menentukan
perkembangan yang lainnya. Plato adalah tokoh filsuf dalam aliran ini, karena
ia menyatakan bahwa alam ide merupakan kenyataan yang sebenarnya.
b. Aliran
Dualisme
Aliran ini
berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya,
yaitu hakekat materi dan hakekat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Kedua
macam hakekat tersebut masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali
dan abadi. Tokoh aliran ini adalah Descartes yang dianggap sebagai bapak
filsafat modern.
c. Aliran
Pluralisme
Aliran ini
berpandangan bahwa berbagai macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme
bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk ini semuanya
nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Pholisophy and Religion dikatakan sebagai
paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur.
Tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Anaxagos dan Empedocles, yang
menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dari empat unur yaitu tanah,
air, api dan udara. Tokoh modern aliran ini adalah william James yang
mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak berlaku umum, yang bersifat
tetap, yang berdiri sendiri, dan dari akal yang mengenal.
d. Aliran
Nihilisme
Nihilisme
berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin
yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah nihilisme
diperkenalkan oleh Ivan Turgenieve pada tahun 1862 di Rusia. Tokoh lain aliran
ini adalah Friedrich Nietzche. Dalam pandangannya dunia terbuka untuk kebebasan
dan kreativitas manusia.
4.
Fenomena
Atlantis
Atlantis adalah
pulau legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias.
Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar di seberang pilar-pilar Herkules,
dan memiliki angkatan laut
yang menaklukkan Eropa Barat dan Afrika
9.000 tahun sebelum waktu Solon,
atau sekitar tahun 9500 SM. Dua dialog Plato, Timaeus dan Critias,
yang ditulis pada tahun 360 SM, berisi referensi pertama Atlantis. Dalam
Timaeus Plato berkisah sebagai berikut :
“Di
hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana
kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya
daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika
itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar
dugaan, Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari
semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui
peradaban tinggi, lenyap dalam semalam”
Satu bagian
dalam dialog buku Critias, tercatat kisah Atlantis yang dikisahkan oleh adik
sepupu Critias. Critias adalah murid dari ahli filsafat Socrates, tiga kali ia
menekankan keberadaan Atlantis dalam dialog. Kisahnya berasal dari cerita lisan
Joepe yaitu moyang lelaki Critias, sedangkan Joepe juga mendengarnya dari
seorang penyair Yunani bernama Solon ( 639-559 SM). Solon adalah yang paling
bijaksana di antara 7 mahabijak Yunani kuno, suatu kali ketika Solon berkeliling
Mesir, dari tempat pemujaan makam leluhur mengetahui legenda Atlantis. Catatan
dalam dialog, secara garis besar seperti berikut ini:
"Ada
sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang
sangat jauh, yang bangga dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan
emas dan perak yang tak terhitung banyaknya: istana dikelilingi oleh tembok
emas dan dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertakhtakan
emas,cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan peradabannya memukau
orang. Memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada
benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di
Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah dilanda gempa
dahsyat,tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam
ingatan orang-orang."
Dalam dialog
Timaeus dan Critias dijelaskan mengenai ciri-ciri atlantis, yaitu sebagai
berikut :
1) Negeri
Atlantis berada di sebuah pulau/daratan di seberang Samudra Atlantic dari Eropa
Barat. Pulau tersebut terletak di muka selat-selat yang disebut sebagai
“Pillar Heracles”. Luas pulau ini lebih besar dari Libya dan Asia pada
waktu itu. Wilayah di dalam atau diantara selat-selat Heracles itu hanya
ada laut dangkal dan pelabuhan dengan akses kanal yang sempit, tapi yang diluar
selat adalah benar-benar lautan luas yang diujungnya dibatasi oleh benua tak
bertepi.
2) Bahwa
pulau/daratan tersebut merupakan semenanjung besar/panjang yang
menjorok ke arah lautan dari bagian pinggiran sebuah benua.
Semenanjung besar ini dikelilingi oleh lautan dalam.
3) Di
tengah-tengah Pulau Atlantis ada wilayah dataran luas yang terindah di dunia
dan tidak ada yang mengalahkan kesuburannya. Morfologi dataran itu sangat rata,
berbentuk persegi panjang dengan ukuran: panjang 555 km dan lebar 370 km.
Tanah datar ini dikelilingi oleh wilayah pegunungan dengan gunung-gunung atau bukit-bukit
yang yang berbagai ukuran dan terkenal sangat indah. Dari wilayah
pegunungan ini mengalir banyak sungai-sungai ke arah dataran, kemudian sungai
tersebut mengalir meliuk-liuk di wilayah dataran (aluvial). Semua aliran
sungai ini bersatu dan masuk ke wilayah kota metropolis Atlantis yang dibangun
di atas wilayah dataran ini, dan kemudian induk sungai itu mengalir ke laut.
4) Tanah
Negeri Atlantis sangat subur, terbaik di dunia, yang menghasilkan
buah-buahan sangat berlimpah dan banyak sekali macamnya; termasuk jenis
buah yang kulit luarnya keras yang bisa diminum airnya, dimakan dagingnya, dan
juga dimanfaatkan minyaknya, yang disebut kelapa. Tanah pertaniannya
selalu mendapat kecukupan air dengan memanfaatkan air hujan ketika musim hujan
dan kanal-kanal irigasi air dari banyak aliran sungai ketika musim
kemarau. Hasilnya dipanen dua kali dalam setahun.
5) Selain
pertanian banyak tumbuh pohon-pohon besar-tinggi yang menambah keindahan
alam, disamping juga menghasilkan berbagai macam kayu untuk bahan mebel dan
bangunan.
6) Tanah
Atlantis adalah sumber dari segala wewangian yang berasal dari akar-akaran,
tanaman herbal dan berbagai macam kayu, atau konsentrat minyak wangi yang
didestilasi dari buah-buahan dan bunga-bungaan.
7) Fauna
di Negeri Atlantis luar biasa banyak populasi dan ragamnya. Terdapat populasi
gajah yang sangat banyak, dan berbagai jenis binatang yang menghuni wilayah
danau-danau, rawa-rawa, sungai-sungai, dan juga yang hidup di wilayah
pegunungan dan dataran, baik yang liar ataupun yang dipelihara.
Diantara binatang buas ada yang terkenal paling besar dan terganas
sedunia. Di perairannya terdapat banyak ikan lumba-lumba yang
diilustrasikan sangat akrab dengan penduduk Atlantis. Kuda-kuda pun sangat
banyak. Di wilayah dataran dibangun arena pacuan kuda yang sangat
besar, di sepanjang Pulau (ratusan kilometer) dengan lebar arena pacu
~200 meter.
8) Tanah
Atlantis juga sangat kaya dengan sumber daya mineral dan logam. Ada
banyak macam batu-batuan beraneka warna yang dipakai untuk membangun berbagai
bangunan, istana-istana, dan kuil-kuil (candi-candi). Tanah Atlantis juga
penghasil banyak sekali emas, perak, tembaga, dan “orichalcum” (logam mulia
sejenis campuran emas-tembaga yang bercahaya merah). Semua bahan logam
ini sudah ditambang dan digunakan untuk berbagai keperluan termasuk untuk
membuat hiasan dan patung-patung, juga untuk melapisi dinding dan lantai bangunan.
9) Selain
itu di Negeri Atlantis banyak terdapat sumber-sumber mata air panas dan dingin
yang dibuat menjadi pancuran di dalam gedung-gedung untuk tempat bersantai dan
mandi-mandi yang dilengkapi dengan berbagai tanaman disekitarnya.
Untuk menemukan
lokasi atlantis yang hilang tersebut, telah dilakukan berbagai penyelidikan
arkeologi. Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera
Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang
terang, tembus pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan
kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar laut
ada sebuah jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah,
ternyata memang ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa.
Itu adalah sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi
panjang dan poligon, besar kecilnya batu dan ketebalan tidak sama, namun
penyusunannya sangat rapi, konturnya cemerlang. Hasil penemuan ini diklaim
sebagai atlantis yang hilang. Kemudian, Awal tahun 1970-an, sekelompok peneliti
telah tiba di sekitar kepulauan Yasuel, Samudera Atlantik. Mereka telah
mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut,
atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000
tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan,
begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato. Selain itu, pada tahun 1985, dua
kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut "segitiga
maut". Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, jalan besar
vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan
(binatang), kuil,bantaran sungai dll. Mereka berdua meyakini bahwa itulah
atlantis yang hilang.
Penelitian yang
dilakukan oleh Aryso Santos selama 30 tahun, menghasilkan buku “Atlantis, The
Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost
Civilization” (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah,
cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya
menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang
khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur,
Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Santos
menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis merupakan benua
yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa,
Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang)
sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang
aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale,
terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Peradaban Atlantis diilustrasikan sangat
maju. Dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah, Atlantis mampu
membangun banyak kuil/candi tempat beribadah, istana-istana, dan pelabuhan-pelabuhan.
Keahlian yang sangat menonjol terutama dalam membuat kanal-kanal besar di
seluruh wilayah negerinya. Di sekeliling dataran Atlantis dibangun
kanal besar dengan lebar 1 stadia (185m) dan dalamnya 100ft (~35m) membentuk
lingkaran konsentris sepanjang 1000 stadia (1850 km). Kemudian
dibangun juga jaringan kanal-kanal selebar 100 ft dari wilayah hulu sungai (di
pegunungan) sampai ke dataran, terus sampai ke kota untuk membawa berbagai
hasil hutan/pertanian (kayu dan buah-buahan). Jarak antara jaringan
kanal-kanal adalah 100 stadia (~18.5km) yang terhubung satu sama lain.
Wilayah hulu-hulu sungai (pegunungan) dihuni oleh para pemilik dan pengolah
tanah pertanian dan peternakan yang kaya raya. Mereka mensuplai berbagai
kebutuhan pangan untuk penduduk negeri.
Di wilayah
dataran ini terdapat Ibu Kota Metropolis Atlantis yang besar, canggih, dan
sangat elok. Arsitekturnya kota juga didominasi oleh teknologi
kanal dan jembatan. Di tengah kota terdapat pulau utama yang berdiameter
5 stadia (~1km). Di tengah pulau tersebut terdapat Istana Poseidon yang
sangat megah. Pulau utama tersebut dikelilingi oleh selang-seling zona
tanah dan air yang konsentris membentuk lingkaran sebanyak 10 lapis. Zona
paling luar selebar 50 stadia (~9.2km) adalah tempat pusat kota Atlantis yang
dipinggirannya dibangun benteng tersusun dari batu yang membatasinya
dengan wilayah sekitar. Di satu sisi benteng yang menuju
lautan lepas dibangun kanal utama yang memotong zona paling luar tersebut
menuju pelabuhan utama Atlantis. Lebar kanal adalah 300 ft (100m) dengan
kedalaman sekitar 100ft (35m) sepanjang 9.2km. Dua zona tanah dan air di
sebelah dalam dari pelabuhan selebar 3 stadia (555m). Empat zona
tanah dan air berikutnya mempunyai lebar 2 stadia (370m). Kemudian
dua zona tanah dan air yang langsung mengitari pulau utama mempunyai lebar
masing-masing 1 stadia (185m). Semua zona yang melingkar konsentris
tersebut dihubungkan dengan jembatan dan kanal.
Ringkasnya,
uraian di atas di atas jelas ciri-ciri alam daratan Atlantis menunjukkan
ciri-ciri alam tropis yang sangat subur dan mempunyai kekayaan sumber daya alam
luarbiasa, termasuk keragaman flora-fauna, pertanian, hasil hutan, dan
pertambangan logam. Daratan tersebut bukan pulau terpisah tapi
anjungan besar dari sebuah benua, dimana di tengahnya terdapat dataran rendah
yang luas dan landai dikelilingi oleh jalur pegunungan dengan gunung-gunung api
aktif. Kemudian geografisnya juga dicirikan oleh dataran besar
aluvial landai yang berdimensi 555 x 370 km berada di tengah daratan dan
dialiri sungai (sangat besar) yang hulu-hulunya berasal dari pegunungan
yang mengelilinginya. Sumber daya alam yang luarbiasa tersebut
benar-benar dimanfaatkan untuk membangun sebuah negeri maritim yang besar dan
elok dan sangat tinggi peradabannya. Kekuasaan Atlantis meliputi pulau
besar yang diuraikan di atas ditambah pulau-pulau lainnya dan juga sebagian
wilayah benua. Jadi bukan hal aneh apabila sisa-sisa peradaban
Atlantis ini ditemukan hampir diseluruh dunia, termasuk wilayah di benua
Amerika, Asia, dan Afrika. Pada zaman Atlantis, sebelum 11.600 tahun
lalu, ketika dunia masih berada dalam zaman es, dikatakan bahwa negeri di
wilayah tropis ini jauh lebih subur dan nyaman dibanding sekarang (Zaman
Solon-Plato) karena iklimnya berbeda, temperaturnya beberapa derajat lebih
dingin. Pada zaman es wilayah ini merupakan yang terkaya, terindah dan
ternyaman di muka bumi, seperti yang diilustrasikan oleh Dialog Plato, namun
sudah mengalami degradasi akibat erosi, sedimentasi dsb.
Berdasarkan
karakteristik tersebut, jika melihat di peta dunia tanah Atlantis yang
merupakan wilayah Tropis, tidak banyak pilihannya. Salah satunya adalah
“Sundaland”, daratan yang dulu lebih luas dari Lybia (Afrika Utara) +
Asia (Turki) tapi sudah tenggelam sehingga hanya kelihatan tulangnya
saja, yaitu Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Daratan besar lain yang
berada di zona Tropis adalah di bagian tengah dari Benua Afrika (Kongo,
Tanzania, Kenya, Uganda, dll) dan Bagian Selatan Benua Amerika (Brasil, Peru,
Equador, Kolombia, Venezuella). Tapi dua lokasi daratan ini tidak
tenggelam dan tidak pernah tenggelam sejak 20.000 tahun lalu, juga ciri-ciri geografisnya
tidak memenuhi deskripsi Plato. Sundaland 100% cocok dengan semua
deskripsi tentang Pulau/Daratan Atlantis yang diuraikan dalam Timaeus dan
Critias. Sundaland pada masa 11.600 tahun lalu adalah daratan yang
notabene merupakan semenanjung besar yang menjorok dari Benua Asia. Semua
ciri-ciri alam, termasuk jenis flora-faunanya dan sumber daya mineral-logam
(emas, perak, tembaga) yang disebutkan dalam Critias dipunyai oleh
Sundaland. Ditambah lagi uraian tentang adanya dataran aluvial
besar di tengah-tengah tanah Atlantis yang hulu-hulu sungainya dari pegunungan
di sekitarnya sangat pas dengan keberadaan Sungai Sunda purba di perairan Laut
Jawa dan Selat Malaka yang anak-anak sungainya bermuara di punggungan Sumatra,
Jawa, dan Kalimantan yang mengelilinginya. Jadi kalau dikatakan
sungai purba di Sundaland bukan bukti adanya peradaban Atlantis memang bukan
bukti langsung atau yang berdiri sendiri melainkan salah satu faktor utama
untuk memenuhi kriteria Atlantisnya Plato. Lebih lanjut lagi, dimensi
tanah landai dimana terdapat Kota Metropolis Atlantis, yaitu 555 x 370 km, pas
juga dengan dimensi Laut Jawa, bekas dataran aluvial landai yang sudah
tenggelam. Mengingat hal tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa atlantis ada
di Indonesia.
Peradaban di
Indonesia yang sudah maju juga dijelaskan dalam kitab Jawadwipa, dimana
dijelaskan bahwa ratusan tahun yang lalu, sebelum kristus lahir, sebelum ada
tarikh saka, nenek moyang bangsa melayu datang dengan ratusan perahu ke
nusantara dengan kemampuan menganyam, dan menanam padi memulai kebudayaan
jawadwipa.
Keberadaan
mengenai atlantis juga dikuatkan dalam Al-Qur’an, yaitu dalam (QS
50:36) Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum
mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya
daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah
menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari
kebinasaan)?
Hal ini
berkaitan dengan kisah kaum nuh yang ditenggelamkan karena ingkar kepada Tuhan
sehingga dilanda hujan, badai dan banjir bandang selama beberapa masa sehingga
seluruh permukaan bumi terendam oleh air.
B. Pembahasan
Keberadaan
Atlantis dan kebenaran mengenai wacana Atlantis berada di Indonesia dapat
dikaji secara ontologis dengan memperhatikan realita dan bukti-bukti yang telah
dikemukakan oleh ahli-ahli. Berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan melalui
penelitian arkeolog dan kajian dari pernyataan Plato mengenai karakteristik
Atlantis, Indonesia memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Atlantis.
Jadi tidak menutup kemungkinan bahwa Atlantis yang tenggelam berada di
Indonesia tepatnya kepulauan Sunda Purba.
Keberadaan
atlantis juga diperkuat dalam kitab Agama Islam, yang disertai bukti-bukti
arkeolog serta karakteristik wilayah geografis Indonesia yang memiliki kesamaan
dengan karakteristik Atlantis. Jadi secara ontologis dapat diketahui bahwa
Atlantis itu pernah ada dan bisa jadi berada di kepulauan Indonesia. Untuk kebenarannya sendiri, kita bangsa
Indonesia tidak perlu memperdebatkannya.
Jika benar
atlantis berada di Indonesia, maka bangsa Indonesia pada zamannya telah
memiliki peradaban modern meskipun kemudian tenggelam dan menghilang. Akan
tetapi sebagai bangsa Indonesia kita dapat berkaca dari peradaban yang telah
maju tersebut. Kita dapat belajar merubah paradigma bahwa bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang tertinggal. Berkaca dari fakta tersebut, di kepulauan
nusantara nenek moyang bangsa Indonesia merupakan peradaban maju yang memiliki
kemampuan agraris dan bercocok tanam yang tercermin dalam teknologi ladang
terasering, kemampuan membuat candi dengan memahat bebatuan. Berdasarkan kitab
Jawadwipa wilayah nusantara hampir mencakup seluruh wilayah Asia dan sebagian
Eropa maupun Afrika.
Dengan memahami
lebih jauh realitas mengenai peradaban nenek moyang bangsa Indonesia secara
ontologis, dapat diambil suatu pembelajaran mengenai kemajuan peradaban bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia dapat mengembangkan diri menjadi bangsa Indonesia
yang memiliki peradaban modern untuk kedepannya.